Jurnalnesia.com – Sepanjang tahun 2020, sejumlah ilmuwan dan perusahaan vaksin berlomba-lomba untuk dapat menghadirkan vaksin Corona yang diharapkan bakal bisa membuat seseorang sembuh dari dampak Virus Corona. Dan di akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021 ini, dunia sudah dapat menyambut vaksin-vaksin Corona yang sudah mulai diproduksi dan didistribusikan.
Ada banyak merk vaksin yang akan diterima dan bakal disuntikan pada orang-orang, salah satunya adalah vaksin bernama Pfizer. Salah satu negara pengguna vaksin Pfizer ini, yaitu negara Israel.
Diketahui bahwa Israel sudah memberi vaksin pada rakyatnya mulai tanggal 20 Desember 2020 yang lalu. Dan ternyata, 13 warga Israel mengalami efek tak terduga dari vaksin Pfizer ini.
Diketahui bahwa 13 warga Israel tersebut mengidap kelumpuhan pada wajah atau yang juga disebut sebagai Bell’s Palsy ringan dan sementara. Hal ini terjadi setelah ke 13 warga Israel tersebut diberi vaksin Corona bernama Pfizer.
Apa itu Bell’s Palsy? Secara sederhana, Bell’s Palsy adalah suatu kelainan yang menyebabkan otot-otot pada wajah melumpuh sementara. Karena bersifat sementara, tentu kelainan ini akan sembuh dengan sendirinya.
Pihak Kementerian Kesehatan Israel pun angkat suara soal ini dan menyebut bahwa kejadian itu disebabkan oleh efek samping dari vaksin Pfizer. Dan sayangnya, jumlah kasus itu akan bertambah dan bisa jauh lebih tinggi lagi.
Kepada wartawan Ynet, salah satu penderita kelumpuhan wajah usai diberi vaksin Pfizer mengatakan bahwa efek samping itu terjadi setidaknya selama 28 jam.
Dan yang lainnya berkomentar bahwa setelah sembuh dari kelumpuhan wajah akibat vaksin Pfizer, dia hanya bisa merasakan rasa sakit saja di bagian tubuh yang disuntik vaksin tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Jerusalem Post pada Sabtu (16/1) lalu.
Kasus ini membuat pejabat kesehatan setempat merasa ragu untuk memberikan dosis yang kedua pada 13 orang tersebut. Tetapi pihak Kementerian Kesehatan Israel menganjurkan agar dosis kedua tetap diberikan asalkan efek samping pada vaksin tersebut sudah hilang.
Di lain sisi, Direktur Unit Penyakit Menular di Sheba Medical Center Prof Galia Rahav mengaku merasa ragu untuk memberikan dosis kedua pada orang yang sempat mengalami kelumpuhan wajah setelah diberi vaksin Pfiner. Dia menambahkan bahwa tidak ada yang bisa memastikan bahwa efek Bell’s Palsy tersebut merupakan efek samping vaksin Pfiner atau bukan.